Waduh, Inilah Penyebab Banyak Anak SD Alami Depresi dan Kecemasan
- Penulis : Rhesa Ivan
- Rabu, 21 Mei 2025 11:25 WIB

SPORTYABC.COM – Ini peringatan bagi para orang tua agar anaknya tidak mengalami depresi serta kecemasan.
Karena jumlah siswa sekolah dasar atau SD di Seoul, Korea Selatan yang mengalami gejala depresia dan kecemasan terus meningkat dalam tiga tahun terkahir.
Baca Juga: Dispora DKI Dukung Menpora Jadikan Olah Raga Senam Menjadi Wajib Di Semua Sekolah
Peningkatan ini terungkap dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Seoul Metropolitan Office of Education.
Penelitan tersebut dilakukan sejak 2021 hingga 2024 dengan melibatkan 3.754 siswa dari 113 SD di wilayah Seoul.
Studi ini menggunakan metode focus grup interview atau FGI yaitu diskusi terarah dalam kelompok kecil untuk menggali lebih dalam kondisi emosial peserta. Dimana hasil dalam kelompok kecil ini dikaji bersama para ahli kesehatan mental
Baca Juga: PBB Kutuk Serangan Udara Israel Terhadap Sekolah UNRWA
Sebagaimana dilansir dari Korea Herald edisi Selasa 20 Mei 2025, studi tersebut catatkan skor rata rata gejala depresi siswa meningkat dari 0.51 pada 2021 menjadi 0.66 di tahun 2022 dan naik lagi ke 0.73 pada tahun 2023 berdasarkan skala tiga poin.
Dimana gejala kecemasan pun menunjukkan tren serupa. Dalam skala satu poin nilainya naik dari 0,44 pada 2021 menjadi 0.54 di tahun 2022 dan mencapi 0.58 di tahun 2023.
Kemudian siswa yang menunjukkan sensitivtas emosial juga meningkat dari 0,41 poin pada 2021 menjadi 0.49 poin di tahun 2023.
Baca Juga: Inilah Berbagai Macam Alternatif Pengobatan Terapi untuk Depresi
Sementara itu, skor untuk sifat pesimis juga mengalami kenaikan dari 0.17 ke 0.26 di periode yang sama.
Laporan pun menyebutkan ada sejumlah faktor di balik menurunnya kondisi kesehatan mental anak anak SD.
Beberapa di antaranya adalah tekanan akademik dan pergaulan, selain itu penggunaan ponsel dan media sosial yang berlebih serta waktu tidur yang berkurang.
Paparan media sosial seperti Instagram dan Youtube disebut dapat memberikan efek tidak langsung terhadap kondisi psikologis anak.
Dimana anak anak menjadi lebih mudah membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain yang tampak lebih sempurna dilihatnya di internet.
"Fenomena ini bisa menimbulkan rasa ketertinggalan atau kekurangan dibanding kehidupan glamor yang mereka lihat di media sosial," tulis laporan tersebut.
Selain itu studi ini juga soroti adalah peran pola asuh yang overprotektif sebagai salah satu pemicu meningkatnya emosi negatif pada anak.
"Anak-anak yang terlalu sering dilindungi secara emosional cenderung lebih mudah merasa cemas dan frustrasi dalam menghadapi kesulitan kecil," demikian isi dalam laporan itu. ***